Kami mengawali tulisan ini dengan menyebut asma Allah yang Agung dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebelum mulai membaca tulisan ini, bila sahabat sudah mengerti apa itu tasawuf, semoga tulisan ini meneguhkan pengertian sahabat. Bila sahabat baru pertama membaca atau mendengar tasawuf, semoga tulisan ini menjadi wasilah (jalan) untuk mengenal lebih dalam tentang tasawuf.
Mengapa generasi milenial? Generasi milenial berjumlah kisaran 34% penduduk Indonesia menurut laporan infografis Indonesiabaik.id. Bayangkan jika jumlah penduduk di Indonesia 273,5 juta, maka generasi millennial ini sekitar 92.9 juta. Jumlah yang sangat fantastis bukan? Pantaslah jika generasi milenial akan terus mendominasi sampai tahun 2035. Oleh karena sasarannya adalah milenial dan izinkan saya menggunakan bahasa dan kata-kata ala milenial.
Masih ingat gak? riwayat hadist yang ngejelasin malaikat jibril nyamar jadi laki-laki, lalu duduk bersentuhan lutut dengan Rasulullah SAW. Nah, disitulah pembahasan ini dimulai. Oke, jangan terlalu serius, siapin kopinya biar lebih rileks.
Dalam riwayat tersebut, malaikat Jibril jelasin apa itu Iman, Islam, dan Ihsan. Dari iman, lahirlah ilmu aqidah. Dari Islam, lahirlah ilmu syariah. Dari Ihsan, lahirlah ilmu tasawuf. Bolehlah tiga pokok ajaran ini kita sebut trilogi agama Islam. Menurut penuturan sayyidina Jibril, Ihsan itu:
…أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ…
“hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab walaupun kamu tidak melihat-Nya, Dia melihatmu…” (HR. Muslim).
So, secara sederhana, tasawwuf itu sarana seorang hamba untuk bisa sampai pada maqam (posisi) saat beribadah itu seakan-akan melihat Allah, atau kalau nggak bisa, ya sadarlah kalau Allah ngelihat kita saat beribadah.
Rumornya nih, kalau denger kata tasawwuf itu udah horor duluan, apalagi anak-anak muda termasuk generasi milenial. Bahkan nih, stigma di luar sana nganggap kalau tasawwuf itu untuk orang-orang yang udah lanjut usia. Sejak baca tulisan ini, tolong pemikiran-pemikiran yang begitu dibuang aja. Tidak cuma orang tua, milenial juga harus belajar. Nggak cuma orang tua kan yang pengen ibadahnya khusuk? Milenial juga pastinya. Karena hanya dengan ihsan ini, ibadah bisa khusyu’.
Biar lebih mendalam lagi, kita kutipkan definisi tasawuf menurut Syeikh Ibnu Ajibah dalam kitabnya Mi’raju At-Tasyawwuf ila Haqaiq At-Tasawwuf:
“Tasawuf itu ilmu yang mempelajari cara-cara suluk (menempuh jalan) menuju Allah; membersihkan batin dari kotoran-kotoran dan menghiasinya dengan keutamaan-keutamaan; ketiadaan makhluk dalam penyaksian Al-Haq”
Dari manakah asal kata tasawwuf?
Para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan dari kata suffah (صُفَّة) masjid Nabi SAW karena mirip dengan ahlu suffah secara katakteristik. Ada juga yang berpendapat dari kata as-shuf (الصُوْف) yang berarti bulu, karena para ahli tasawwuf (yang disebut sufi) memakai pakaian dari bulu, yang mengisyaratkan ke-zuhudan-nya.
Sampai sini bisa ngerti atau enggak nih. Nggak mumet ya. Oke, kita lanjutin ya. Setelah ini kita mau ngelihat pandangan para ulama tasawwuf bagaimana katakteristik seorang sufi.
Menurut Iman Junaid Al-Baghdadi, seorang sufi itu layaknya bumi, yang digunakan untuk membuang semua keburukan (seperti sampah dan limbah), namun ia tidak mengeluarkannya kecuali keindahan (seperti menumbuhkan pepohonan).
Sahal Al-Tustari mendefiniskan bahwa sufi adalah seorang yang bersih dari kotoran-kotoran (lahir dan batin); memandang sama antara emas dan lumpur; atau tidak mencintai apapun selain Tuannya, yaitu Allah SWT.
Oke, sampai sini dulu kenalan kita dengan tasawuf. Kita sudah belajar mulai dari hadist Jibril tentang Ihsan, asal kata dan definisi tasawuf, serta definisi sufi menurut ulama tasawuf. Jangan khawatir dan jangan takut dengan tasawwuf. Tasawuf bukan milik orang tua, namun juga harus dimiliki anak muda.
Wallahu a’lam bi showab
Ilahi anta maqshudi waridhaka mathlubi
Hamzah Alfaris
